Oct 4, 2013

Travel with baby

Secara hati di Jakarta tapi body di Manado, jadilah minimal 3 bulan sekali pasti gue ada bolak - balik Manado - Jakarta - Manado, entah bertiga-an atau cuma berdua-an sama Audrey, dan membuat gue lumayan fasih punya banyak pengalaman soal baby, stroller, and airplane.

And this is how i roll with Audrey, whenever we get chance to travel by plane.... ngeennngggg (eh itu sih bunyi mobil ya, bunyi pesawat kaya apa ya?)

*PERHATIAN : ini berdasarkan pengalaman pribadi ya, ga semua punya pengalaman seperti ini.

  1. MAKE SURE, yes pake capital, jauh jauh hari sebelum terbang, udah ngomong tuh sama anaknya kalau akan naik pesawat. Better yet, misalnya punya mainan pesawat atau kalau ga ada bikin aja tuh pesawat-an dari kertas seperti yang gue lakukan dan tunjukin ke anak metode kerja pesawat. Waktu gue lakuin ini pertama kali di usia Audrey 2 1/2 bulan, baru sekali diterbangin pesawatnya anaknya cuma "ha hou ha haouuu" secara masih cilik banget kan ya? Gue tipe yang percaya akan komunikasi batin, jadi walaupun secara luar anaknya gue ajak ngomong cuma molor, tapi gue yakin Audrey mengerti akan maksud gue.
  2. Check jadwal pesawat. Kalau bisa pilih yang kira2 pas jam tidur. BTW, peraturan ini ga berlaku saat anak semakin besar. Semakin kesini gue lebih suka terbang dengan flight pagi, krn saat pagi itu semua orang masih seger, jadi kalau misalnya anak kita rewel, orang sekitartnya cuma senyum - senyum. Lain dengan penerbangan malam dimana semua orang udah mulai capek, dan kalau anak kita ga mau diem boro boro disenyumin, dijudesin iya.
  3. Check availability kursi pesawat. Untuk bayi suka disarankan duduk di aisle, atau di kursi paling depan, ini khusus G*****A karena akan dapat baby cradle yang suka dipasang di depannya itu lho. Tapi, lagi2 itu cuma ada untuk penerbangan 3 jam ke atas, kalau cuma ke bali gak dapet. Gue sendiri ga suka duduk di paling depan, gue lebih seneng duduk di belakang karena : dekat kamar mandi, kursi samping2 kita suka kosong dan bikin tempat jadi lega, deket dengan ruangan pramugari, jadi kalau ada apa apa bisa minta tolong, dan bayinya suka diajak main juga lho. Nah, untuk airline yang bukan si huruf G ini agak2 percuma sih ya kalau milih tempat secara suka berebutan gitu. Kalau ini terjadi, saran gue bersikaplah dramatis dan histeris, niscaya kepentingan kita akan didahulukan oleh pramugari dan pramugara. Aminn yang panjang.
  4. Waktu pertama kali mau naik pesawat, concern gue adalah kuping yang mindeng. Disarankan pada saat take off itu bayi dalam keadaan tidur, kalau ga tidur kasih ASI, dalam kasus gue kasih sufor ya secara udah ga nyusuin waktu itu. Nah kalau ga mau juga, atau susu udah keburu abis padahal pesawatnya masih setengki take off-nya, saran terbaik gue adalah tutup kuping anak dengan tangan. Yep, bukan kapas atau penutup kepala, tapi cukup dengan tangan. Kenapa????? Dengan tangan itu kita akan lebih mudah posisinya untuk menggendong, karena saat take off itu posisi bayi harus dalam keadaan duduk. Dan kedua, saran ini gue denger dari seorang pilot, katanya lebih safety pakai tangan karena.... gue lupa alasannya kenapa. JRENGGG.
  5. Barang bawaan, nah ini yang paling penting. Semakin sedikit barang bawaan kita, maka semakin enggak capek lah kita gendong2 anak. Setiap gue pergi, gue tetap bawa dua tas. 1 tas bayi dan 1 tas tenteng gue sendiri. Isinya? Jangan sedihh, tas tenteng gue isinya cuma mainan bayi, dompet, hp+tab dan tissue basah. Perintilan lainnnya disembunyikan dulu di koper, daripada lipstik gue jatuh ngegelinding (yep, pernah kejadian dan ga tau ngegelindingnya kemana :(). Untuk tas bayi ya standartlah, baju ganti, pempers, botol air panas, kotak susu dsb. Untuk lokal penerbangan, boleh bawa termos sendiri soalnya suka rempong kalau nungguin pramugari dateng. Tapi untuk international, minta aja cussss, ga tau kenapa kalau international lebih baby friendly orang-orangnya. No offense, but it's true. Oiya, plis note ya bawa tissue yang banyak, berguna banget saat dimuntahin bayi. JRENGGG lagi.
  6. STROLLER. Hmm, nah ini yang suka bikin dilematis. Antara masuk ditenteng sampai boarding, atau masuk bagasi? FYI, seandainya kalian mau titip stroller saat boarding, ujung2nya dimasukin bagasi juga kok... From my personal experience, 2 kali stroller gue pegangannya ada yang copot saat gue pakai metode titip boarding. Mungkin karena taronya belakangan, saat ambil dari dalam bagasi mereka asal gitu main lempar aja. Mau complain tapi udah nyerah, bingung complainnya sama siapa. Tanya sama temen gue yang kerja di angkasa pura, katanya bukan salah airline, karena untuk pengambilan barang di bagasi terkadang dilakukan sama orang lapangannya. BUKAN dari AIRLINE. Denger begitu ya udahlah pasrah aja daripada keburu tarik urat capek. So, based on that, gue lebih suka stroller di wrap plastik di tempat bagasi sebelum check in, aman rapih dan bersih karena tertutup plastik. 
  7. Last but not least, sangat disarankan untuk para mamah, bunda, ibu, papa, ayah de es be MINUM VITAMIN!!! Capek pooollll soalnya booo, sayangkan kalau sampai di tempat holiday malah teler karena capek.


That's how it is, sekali lagi ini berdasarkan pengalaman pribadi yah... Many other parent may have different experience than this.


2 comments:

  1. neeeessssss...ini postingan lo ini berguna banget buat gue ahahaha. walopun dah beberapa kali naik pesawat bareng bazyl tapi teteup lhoo afternya trauma bok. secara you knowlah drama dram and dramaaa anaknya hiks hiks rasanya mau pengsan aja.

    belum berani bawa bazyl terbang lebih dari 1,5jam nes..mentok kmaren ke sing doang itu aja dah mau nangis gue. padahal emak bapaknya dah gatel pengen aja sana-i tapi gue psimis ness.... T_T

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya ampun niss, ini gue baru liatt... hehehe gpp kok naik pesawat sama anak daripada gak ikutan jalan - jalan kann? Tapi emang sih usia 12 - 18 bulan lagi mateng matengnya bikin telerr... Tiap turun pesawat, bawaannya pengen lari ke tukang pijit xixixixxi

      Delete